Aqidah adalah sebuah keyakinan yang menentukan keselamatan manusia di masa yang akan datang yakni darul ahirat. Adapun aqidah yang di ridhoi oleh Allah swt adalah aqidah islamiyah yang telah di amanatkan kepada para rasul untuk di sampaikan kepada umatnya, termasuk ajaran Islam yang di sampaikan rosulullah Muhammad saw.
Saat sosialisasi aqidah tauhid yang dilakukan rosululloh saw di Mekah banyak penolakan dari pada kaum quraisy dimana aqidah ini pertama kali diturunkan, namun karena kegigihan dan ketidak putus asaan Rosulullah maka lambat laun banyak juga yang tertarik dan bersedia mengikuti ajaran tauhid ini. Melihat beberhasilan dakwah Islam itu maka beberapa tokoh pentolan kaum Quraisy yang masih mempertahankan ajaran nenek moyang merasa mendapatkan ancaman akan habisnya para pemeluk tradisi berpindah ke agama baru yakni aqidah tauhid dinul islam yang jelas-jelas berseberangan dengan kepercayaannya nenek moyang.
Pada kesempatan itu mereka para tokoh pemeluk tradisi bersepakat untuk melakukan negosiasi aqidah dengan Rosululloh. Sebagai delegasi mereka yang ditunjuk adalah Al walid bin Al Mughirah, Aswad bin Abdul Muthalib, dan Umayah bin Kholaf. Mereka menawarkan agar rosululloh dan umat islam mengikuti kepercayaan mereka dan merekapun akan mengikuti agama islam. Mereka mengatakan kepada rosululloh”wahai Muhammad, bagaimana jika kami menyembah tuhanmu selama setahun dan kamu juga menyembah tuhan kami selama setahun. Jika agamamu benar, kami mendapat keuntungan,karena kami juga menyembah tuhanmu, dan jika agama kami yang benar, kamu juga tentu memperoleh keuntungan.”Namun usaha negosiasi yang mereka lakukan sia-sia karena rosululloh dengan tegas menolak ajakan mereka karena aqidahnya mereka bertentangan dengan islam. Untuk mempertegas penolakan rosulullah tersebut, kemudian Allah menurunkan wahyu berupa surat al kafirun ayat 1-6 dan langsung disampaikan pada kaum kafir mekah yang pada waktu itu mereka sedang berkumpul di masjidil haram. Adapun terjemahan dari surat al kafirun adalah:
- katakanlah:”wahai orang-orang kafir”
- aku tidakmenyembah apa yang kamu sembah.
- dan kamu bukan penyembah tuhan yang aku sembah
- dan aku tidak pernah (pula) menjadi penyembah tuhan yang kamu sembah.
- dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah tuhan yang aku sembah.
- untukmulah agamamu dan untuk akulah agamaku.
Surat al qur’an tersebut dengan tegas menyatakan bahwa dalam masalah aqidah tidak ada toleransi, bagiku agamaku dan bagimu agamamu.
No comments:
Post a Comment